Selasa, 18 Oktober 2011

Penyesalan Tak Berujung



Penyesalan Tak Berujung
(Cerpen)

Kicau burung bernyanyi dengan merdunya,diiringi tawa sang mentari yang seakan ingin mengajak seluruh umat manusia untung bergembira di pagi yang cerah itu. Sementara disuatu tempat tengah terbaring seorang gadis,dengan penuh senyum gadis tersebut terbangun dari mimpi indahnya karena sang surya seolah mengetuk jendela kamarnya. Anita begitu gadis tersebut sering dipanggil.
Jam menunjukkan pukul 06.30 pagi, seisi rumah tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing, Ibu menyiapkan sarapan, Ayah bersiap-siap pergi ke kantor dan Anita pun bersiap-siap pergi ke sekolah.
"Bu, Anita pergi dulu ya, asslamualaikum". Begitulah rutinitas pagi di sebuah rumah sederhana yang terletak tidak jauh dari pusat kota Bandung. Anita gadis yang baru berusia 18 tahun itu bersekolah di salah satu SMAN di Bandung, ia duduk di kelas 12 ipa 4.
Kini waktu menunjukkan pukul 07.03, Anita bergegas menuju gerbang memasuki sekolahnya. Dan seperti biasa ia melewati aktivitasnya sebagai seorang pelajar.
Tak terasa bel tanda pulang sekolah berbunyi, Anita dan teman-temannya pun menuju tempat yang mereka nantikan, yaitu rumah.
Di tengah perjalanan Anita melihat ke arah sebuah taman, tempat dimana terdapat padang rumput hijau dan tempat bermain. Sudah sejak lama ia ingin sekali pergi ke tempat itu, dan akhirnya hari ini ia pun mewujudkan keinginannya itu. Sesampainya ia disana, ia melihat ke sebuah ayunan yang terbuat dari besi. Ia tersenyum melihat seorang gadis berusia 9 tahun memakai dres warna putih dan bandana merah dengan rambut terurai yang sangat cantik. Perlahan Anita menghampiri gadis kecil itu yang tengah duduk di sebuah ayunan, sepertinya gadis kecil itu tidak menyadari keberadaan Anita yang sekarang sudah duduk di sampingnya.
"ade kok sendiri…!!! orang tua kamu mana?" tanya Anita lembut pada gadis kecil itu”. Gadis kecil itu hanya menoleh dan menyunggingkan senyum tanpa menjawab pertanyaan Anita.
Sebenarnya Anita sangat ingin mempunyai seorang adik perempuan, Anita hanya anak semata wayang, ia merasa sepi jika berada di rumah, menyenangkan rasanya jika ia mempunyai seorang adik perempuan dan bermain bersama.
"Neng, ngapain senyum-senyum sendiri disini?" tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya membuyarkan lamunan Anita.
"Eh, gak apa-apa kok pak". Anita menjawab sambil tersenyum.
"Ya udah atuh Neng, permisi bapak mau bersih-bersih dulu disini". Kata laki-laki paruh baya itu yang ternyata seorang petugas kebersihan di taman itu dengan logat sundanya.
Anita baru menyadari gadis kecil itu telah meninggalkannya sendiri.
"bapak tadi liat ada anak kecil gak duduk disini?" tanya anita kepada petugas itu.
"enggak Neng, orang dari tadi Neng duduk sendiri disini". Jawab petugas itu tanpa menghentikan tugasnya.
Dan tanpa permisi Anita berlari mencari gadis kecil itu, tapi tak ada satupun tanda keberadaannya.
Keesokan harinya sepulang sekolah Anita pergi ke taman itu lagi, sekali lagi Anita melihat gadis kecil itu duduk di ayunan, ia menghampirinya dan mencoba berkomunikasi dengan gadis kecil itu tetapi tidak berhasil, gadis kecil itu hanya tersenyum pada Anita, dan tiba-tiba gadis kecil itu menghilang dari pandangan Anita. Anita merasa aneh dengan apa yang ia alami, tanpa ia sadari dari arah belakang ada seorang perempuan sebaya dengannya berjalan sambil menangis dan melihat ke arah sesuatu yang ia bawa, lalu perempuan itu duduk di ayunan dan terus menangis. Anita tak tega melihat perempuan itu, ia mendekati dan duduk di sampingnya. Dengan tidak enak hati Anita bertanya,
"Hei,kamu kenapa?" tanya Anita agak ragu-ragu, perempuan itu tetap saja menangis. Dengan sedikit mengintip Anita melihat benda yang dipegang perempuan itu, ternyata sebuah foto, karena penasaran Anita bertanya lagi.
"foto siapa itu?"
"ini foto adikku, dia meninggal setahun lalu". Jelas perempuan itu panjang lebar pada akhirnya,
"boleh saya lihat?" pinta Anita, dan perempuan itu memberikannya. Betapa terkejutnya Anita ketika melihat seseorang dalam foto itu, seorang gadis kecil memakai dres warna putih dan memakai bandana merah di kepalanya dengan rambut terurai.
"kenapa kamu menangis?memangnya ada apa?" tanya Anita agak sedikit mendesak karena rasa penasarannya yang begitu besar. Lalu perempuan itu mulai bercerita, ternyata seseorang dalam foto itu adalah adik perempuannya, adik yang dulu sama sekali tidak ia harapkan karena orang tuanya begitu memanjakannya, ia merasa tersisihkan oleh kehadiran adik perempuannya itu. Ia merasa iri dan marah dengan perlakuan orang tuanya. Suatu hari adik perempuannya tiba-tiba mengalami pendarahan di hidung dan pingsan, dengan perasaan panik lalu ia menelepon kedua orang tuanya dan membawanya ke Rumah Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, ia bertanya pada kedua orang tuanya apa yang sebenarnya terjadi, ternyata adiknya mengalami kanker otak sejak usia 7 tahun. Betapa terkejutnya ia mendengarnya, oleh karena itu kedua orang tuanya begitu memanjakannya adiknya itu karena mereka tahu adiknya tidak akan berumur lama lagi.
"disini adalah tempat yang ia suka setiap kami pergi ke taman ini. Dan hari ini tepat 1 tahun ia meninggal". Lanjutnya.
Tersirat penyesalan yang begitu mendalam di wajah perempuan itu, penyesalan yang mungkin tidak akan hilang sampai kapanpun. Ia menyesal tidak menjadi seorang kakak yang baik disaat hari-hari terakhir adiknya.
Lalu perempuan itu pergi begitu saja dengan tangis yg masih terisak meninggalkan Anita. Tiba-tiba Anita melihat gadis kecil itu yang sedang tersenyum seolah ingin mengucapkan terima kasih pada Anita karena telah mengetahui bahwa kakaknya ternyata sangat menyayanginya. Dan Anita pun membalas senyum gadis kecil itu. By: windy meidiana ayuning putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar